Nila gesit
dihasilkan melalui serangkaian riset panjang yang diinisiasi oleh Pusat
Teknologi Produksi Pertanian BPPT yang kemudian bekerja sama dengan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institus Pertanian Bogor (IPB) dan Balai Besar Pengembangan
Budi Daya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi di bawah Departemen Kelautan dan
Perikanan (DKP).
Melalui kegiatan
penelitian yang dilakukan secara konsisten dan terus menerus, akhirnya dapat
dihasilkan ikan nila jantan super-YY yang telah dilepas oleh Departemen
Kelautan dan Perikanan pada tanggal 15 Desember 2006 di Wanayasa, Kabupaten
Purwakarta, dengan nama nila gesit.
Teknologi produksi
ikan nila gesit merupakan inovasi teknologi perbaikan genetik untuk
menghasilkan keturunan ikan nila yang berkelamin jantan melalui program
pengembangbiakan yang menggabungkan teknik feminisasi dan uji progeni untuk
nila jantan yang memiliki kromosom YY (YY genotypes).
Ikan nila gesit
dengan kromosom YY memiliki keunggulan, yakni 98-100 persen turunannya
berkelamin jantan, sedangkan keunggulan secara ekonomis yaitu nila gesit
memiliki pertumbuhan yang cepat, yaknilimahingga enam bulan untuk mencapai
berat 600 gram. Ikan nila berkelamin jantan tumbuh lebih cepat dibanding
betinanya. Dengan demikian, produksi ikan nila dapat diarahkan pada produksi
ikan nila berkelamin jantan (monosex male) yang dapat tumbuh lebih cepat untuk
meningkatkan efisiensi usaha guna memenuhi permintaan pasar lokal dan ekspor.
Ukuran rata-rata ikan nila untuk keperluan ekspor ke Jepang adalah dengan berat
600 gram. Alasan inilah, kemudian BPPT bekerja sama dengan Kementerian Kelautan
dan Perikanan mengembangkan penelitian untuk membuat gen yang bisa
membudidayakan nila hanya jantan.
Tujuannya agar waktu budidaya lebih efisien
dan bisa memenuhi permintaan ekspor. Ikan nila biasa 4-6 bulan 360-400 gram,
sedangkan nila gesit 4 bulan beratnya mencapai 600 gram atau 1,6 kali lebih
cepat pertumbuhannya dibanding nila biasa dan waktunya lebih cepat. Nila gesit
telah diproduksi di Balai Besar Pengembangan Budi Daya Air Tawar Sukabumi dan
selanjutnya dapat dikembangkan oleh pihak pemerintah dan swasta. Pengujian
multilokasi dan multilingkungan juga dilakukan untuk mengetahui performanya
pada lokasi dan lingkungan yang berbeda, sebelum diproduksi secara massal untuk
kemudian dikembangkan secara luas oleh masyarakat pembudidaya. Ikan nila
genetically supermale indonesian tilapia (gesit) sedang dikembangkan
penelitiannya untuk menjadi nila genetically enrichmanIndonesiatilapian
(genit).
Perbedaan dari
nila gesit dengan genit adalah dalam hal ukuran pertumbuhannya. Jika nila gesit
pertumbuhannya 1,6 kali ikan nila biasa, maka ikan nila genit pertumbuhannya
bisa tiga kali lipat dari ikan biasa atau dua kali dari ikan nila gesit. Selain
itu, nila genit juga bisa hidup pada dua jenis air, yakni air tawar dan asin,
sehingga dapat dibudidayakan di tambak-tambak dekat laut. Sedangkan nila gesit
hanya bisa dibudidayakan di kolam atau tambak air tawar. Memang untuk menjadi
genit, nila gesit harus melalui beberapa tahap penelitian. Saat ini sedang
dikembangkan penelitian mengenai nila gesit menuju tahap nila salim agar bisa
hidup di air asin. Kelebihan nila salim bisa hidup di kolam air asin.
Pasarnya
jangan diragukan, Ikan nila selain pasar lokal, dapat di ekspor ke jepang,
hongkong, AS, eropa. Kalau bicara daya beli, bandingkan dengan ikan kerapu yang
harganya bisa mencapai Rp. 350.000/kg, udang 50.000/kg, ikan tuna misalnya
dapat mencapai Rp. 100.000/kg, ikan nila perkilo insya allah tidak mahal. Dalam
bentuk olahan misalnya,berupa filletsegar, filletbeku, ataupun surimi memiliki
potensi yang cukup besar di pasar internasional, terutama Amerika Serikat (AS)
dan Jepang.
0 komentar:
Posting Komentar