Ikan nila merah
mampu hidup pada perairan tawar,payau dan laut. selama ini produksi ikan nila
merah sebagian besar masih diproduksi dari hasil budidaya air tawar. Karena
mampu beradaptasi pada kondisi perairan dengan rentang salinitas yang lebar
maka ikan nila merah berpotensi untuk dibudidayakan di laut dengan sistem KJA.
Ikan nila merah
mempunyai keunggulan antara lain:
(1) ikan nila
merah respons terhadap pakan buatan (2) pertumbuhan cepat (3) dapat hidup dalam
kondisi kepadatan tinggi (4) nilai perbandingan antara konsumsi pakan dan
daging yang dihasilkan lebih rendah (5) tahan terhadap penyakit dan lingkungan
perairan yang tidak memadai (6) rasanya enak dan banyak digemari masyarakat.
PERSYARATAN LOKASI
Beberapa aspek
yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi budi daya diantaranyafisika,
kimia dan biologi perairan. Ketersediaan bahan untuk rakit dan keramba,
kemudahan mendapatkan benih dan pakan, daya serap pasar serta keamanan juga
mesti diprhatikan. Teluk yang terlindung dari ombak dan badai memiliki pola
penggantian massa air yang lancar dan bebas pencemaran baik dari limbah
industri maupun limbah rumah tangga.
Beberapa kriteria
peubah lingkungan untuk budi daya ikan nila merah dalam KJA yaitu salinitas
0-33 ppt, (asal perubahan salinitas harian tidak lebih 10ppt) temperatur
25-32°c, pH 6,5-8,5, oksigen terlarut 4-8 ppm, kecepatan arus 10-20 cm/dt,
tinggi gelombang <1m, kecerahan >3m, dan kedalaman air 10-20 m.
DISAIN DAN
KONSTRUKSI WADAH
1.Rakit
Sebagai tempat
keramba dapat dibuat dari kayu, pipa besi anti karat atau bambu.
2.Pelampung
-Berupa drum
plastik volume 200 liter.
-Satu unit KJA
berukuran 5×5 m memerlukan 8-9 pelampung.
3.Pengikat
-Pengikat rakit
bambu8 sebaiknya digunakan kawat yang berdiameter 4-5 mm.
-Rakit yang terbuat
dari kayu atau pipa besi sebaiknya disambung dengan sistem baut.
-Untuk mengikat
pelampung ke rakit, digunakan tali plastik yang berdiameter 5-6 mm.
4.Jangkar
berfungsi untuk
menjaga rakit tidak terbawa arus.
5.Keramba
Keramba dibuat
dari trawl yang bahannya dari polythene. ukuran mata jaring tergantung dari
ukuran ikan yang akan di budidayaka.
6.Pemberat
-Berfungsi sebagai
penahan arus agar jaring tetap simetris.
-Pada setiap sudut
harus diberi pemberat dari batu timah atau semen cor (2-5 kg).
PENGELOLAAN BUDI
DAYA
1. Pengadaan dan
Pengangkutan Benih
a) Pengadaan Benih
Benih nila merah
didatangkan dari balai benih dengan memesan benih nila merah yang unggul dengan
ukuran yang seragam. Apabila ingin melakukan budidaya secara monoseks dipesan
benih yang berjenis kelamin jantan. Ikan nila merah jantan lebih cepat tumbuh
dan mempunyai ukuran lebih besar dari betina dengan waktu pemeliharaan yang
sama.
b) Pengangkutan
Benih
Apabila
pengangkutan membutuhkan waktukurang dari 4 jam sebaiknya dilakukan dengan
sistem terbuka. sedangkan apabila lebih dari 4 jam, pengangkutan dapat
dilakukan dengan sistem tertutup menggunakan kantong plastik yang ditambahkan
oksigen.
2. Penebaran Benih
Penebaran benih
dilakukan pada pagi atau sore hari. Sebelum penebaran harus diperhatikan
kondisi kualitas air. Bila kualitas air air pengangkutan beda dengan kualitas
air lokasi budidaya, maka perlu dilakukan adaptasi secara perlahan-lahan
terutama terhadap salinitas dan suhu. padat tebar yang optimal untuk diaplikasikan
adalah 500 ekor/m³ dengan berat awal benih 15-20 g/ekor dan waktu pemeliharaan
3 bulan untuk sistim budidaya tunggal kelamin (jantan saja).
3.Pemberian Pakan
Ikan nila merah
disamping bersifat herbivora juga bersifat omnivora sehingga dapat diberikan
pakan buatan (pellet). pakan buatan yang diberikan adalah pellet dengan
kandungan protein 26-28 sebanyak 3% per berat badan perhari dengan frekuensi
pemberian pakan 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan malam.
4. Perawatan Wadah
•Ganti keramba
setiap bulan
•Bersihkan keramba
dengan menjemur terlebih dahulu untuk memudahkan pelepasan fouling
•Pembersihan dapat
dilakukan dengan penyikatan atau penyemprotan dengan pompa bertekanan tinggi
•Polikultur dengan
ikan beronang dapat mengendalikan lumut dan alga yg menempel pada jaring
•Pemberian
beberapa ekor bintang laut dalam keramba dapat mengendalikan perkembangan
populasi kekerangan
PENYAKIT DAN
PENCEGAHANNYA
Untuk mengetahui
jenis penyakit dan cara pencegahannya diperlukan diagnosa gejala penyakit. Gejala
penyakit untuk ikan nila merah yang dibudidayakan dapat diamati dengan
tanda-tanda sebagai berikut:
a). Penyakit pada
kulit dengan gejala pada bagian tertentu berwarna merah, berubah warna dan
tubuh berlendir.
Gejala penyakit
ini dikendalikan dengan: (1) merendam dalam larutan PK (Kalium Permanganat)
selama 30-60 menit dengan dosis 2 g/10 liter air, pengobatan dilakukan berulang
3 hari kemudian. (2) Merendam dalam Negovon (Kalium Permanganat) selama 3 menit
dengan dosis 2-3,5%.
b.) Penyakit pada
insang dengan gejala tutup insang bengkak, lembar insang pucat/keputihan,
pengendalian sama dengan di atas.
c.) Penyakit pada
organ dalam dengan gejala perut ikan bengkak, sisik berdiri, ikan tidak gesit,
pengendalian sama dengan di atas.
Secara umum hal-hal
yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya penyakit pada budidaya ikan nila
merah di KJA adalah: (1) hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi
kapasitas, (2) pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. (3)
hindari penggunaan pakan yang sudah berjamur.
PANEN
Padat penebaran
500 ekor/m³ dan lama pemeliharaan 3 bulan, dapat dipanen ikan nila merah dengan
produksi 85 kg/m³ dan sintasan 84%.
Pemanenan ikan di
KJA mudah dilakukan namun harus hati-hati untuk mencegah terjadinya luka akibat
gesekan atau tusukan sirip ikan lainnya, yaitu dengan mengangkat dasar keramba
perlahan-lahan. Salah satu sisi keramba harus tetap berada dalam air untuk
memungkinkan ikan berkumpul.
Seleksi ukuran
dapat dilakukan terhadap ikan yang sudah terkumpul di sisi keramba dan
ditangkap dengan menggunakan seser secara perlahan-lahan. Sistem pemanenan
dapat dilakukan secara total atau selektif tergantung dari krbutuhan.
sumber; kkp.go.id
0 komentar:
Posting Komentar