Apabila anda gemar
beternak khususnya budidaya ikan dan kebetulan memiliki pekarangan rumah yang
luas, maka tak ada salahnya anda manfaatkan pekarangan rumah anda untuk
membudidayakan lele. Jenis budidaya ini sebenarnya tak melulu berkesan kotor
atau jorok, namun,budidaya ikan lele bisa dikembangkan menjadi sistem budidaya
bersih, murah, serta cukup menjanjikan dengan pemberian suplemen organik agar
hasilnya maksimal.
Bisnis ternak
budidaya lele ini sebenarnya menyimpan potensi keuntungan dan mulai banyak
dilirik. Hal tersebut dikarenakan
semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi ikan sebagai salah
satu sumber protein hewani yang tinggi dan harganya pun terjangkau. Mengingat
harga daging semakin mahal, ikan mulai dipilih sebagai alternatif lain. Ikan lele merupakan jenis ikan air tawar
dengan kandungan gizi tinggi selain dagingnya yang terasa gurih. Lele kaya kandungan
protein dan kalsium untuk menguatkan tulang yang sangat penting untuk
pertumbuhan. Selain itu, ikan lele juga memiliki kandungan mineral yang tak
kalah penting untuk kesehatan. Dengan berbagai fakta ini, wajar bila ikan lele
berpotensi menjadi peluang usaha dengan manfaat ekonomis tinggi.
Meski di masa lalu
budidaya lele terkesan tidak higienis, namun sekarang hal ini tidak lagi
demikian. Menurut Deden A.S, salah seorang pengusaha budidaya lele, “Sekarang
untuk menjalankan usaha budidaya lele, kita sangat terbantu oleh adanya
suplemen organik untuk mendapatkan hasil ternak lele yang maksimal”. Deden
menambahkan bahwa suplemen organik tersebut fungsinya lebih sebagai penjaga
kualitas media hidup lele yakni air, disamping juga mengurangi tingkat kematian
bibit lele, serta mempercepat pembesaran bibit apabila dicampur bersama
pakannya. Deden sendiri memulai usaha budidaya lelenya sejak 2006, awalnya ia
hanya iseng membuat kolam ikan dari terpal di pekarangan rumahnya dengan ukuran
3x3x1 meter kemudian diisinya dengan air hingga kedalaman 70 cm. Melalui
penerapan budidaya secara intensif, kolam yang dibuatnya mampu menampung jumlah
bibit lele hingga sebanyak 1800-2000 bibit. Sedangkan bibit-bibit tersebut
masing-masing berukuran sekitar 10-12 cm. Setelah kolam siap dan bibit lele
ditanam, kemudian beri suplemen organik dan pakan secara teratur. Deden
mengatakan bahwa dengan menerapkan hal tersebut, selama jangka waktu 45 hari ia
telah mampu memanen lele dengan total panen maksimal seberat 200 kg hingga 250
kg.
Memulai usaha
budidaya lele
Untuk anda yang
berminat dan tertarik mencoba untuk memulai budidaya lele, Deden mencoba untuk
memberikan asumsi sederhana perhitungannya. Dimulai dengan pembuatan kolam
berbahan terpal yang berukuran 3x3x1 meter. Pembuatan kolam dari terpal
tentunya akan menghemat biaya daripada membuat kolam kolam gali atau berbahan
semen. “Untuk total biaya menyiapkan terpalnya tidak terlalu sulit
diperhitungkan karena terpal sendiri cukup murah per-meternya,” demikian Deden
menjelaskan.
Selanjutnya Deden
memberikan gambaran perhitungan biaya untuk memulai usaha budidaya lele, mulai
dari pembelian bibit ikan lele seharga 300 rupiah/ekor. Untuk kolam berukuran
3x3x1 m mampu menampung bibit sekitar 2000 ekor. Sehingga total biaya yang
dikeluarkan sebesar 300 x 2000 ekor = 600.000. Mengingat jangka waktu pembesaran bibit memakan waktu
hingga 45 hari, total kebutuhan pakannya bisa mencapai 90 kg (dengan rata-rata
2 kg/hari). Untuk pakannya sendiri, total biayanya sebesar 660.000 rupiah, dengan
asumsi harga pakan sebesar 220.000/karung dan total karung seberat 30 kg.
Sedangkan untuk penyediaan suplemen organik memakan biaya 180.000 rupiah/4
botol hingga 45 hari masa pembesaran bibit. Keempat botol suplemen organik
tersebut akan digunakan untuk memaksimalkan pertumbuhan bibit lele dan kualitas
air. Secara keseluruhannya, total biaya yang diperlukan adalah sebesar Rp
1.440.000. Rngkasan perhitungan biaya perkolamnya adalah sebagai berikut:
Harga Pakan
: 3 karung x @ Rp 220.000 =
Rp 660.000
Harga Bibit Ikan
Lele : 2000 ekor x @ Rp 300 = Rp 600.000
Harga Suplemen
Organik : 4 botol x Rp @ 45000
= Rp 180.000 +
Total Biaya Rp
1.440.000
Dengan asumsi
perhitungan modal budidaya lele dari Deden tersebut, maka perkiraan keuntungan
yang didapat dari 1 kolam saja dengan target jumlah panen sebanyak 2.000 bibit
yakni 200 kg sampai 250 kg. Deden menerangkan bahwa harga eceran wajar yang
bisa didapatkan adalah sebesar Rp 15.000/kilo. Kemudian untuk harga panen yang
dapat dijual ke pembeli atau pasar dapat mencapai harga Rp 12.000/kilo.
Sehingga, apabila diambil kesimpulan perkiraan harga terendahnya, keuntungan
yang dapat diperoleh sebesar Rp 960.000 tiap kolamnya. Angka keuntungan ini
diperoleh dari total penjualan lele sebesar Rp 12.000 x 200 kg = Rp 2.400.000
kemudian dikurangi bea produksi sebesar Rp 1.440.000.
Deden menegaskan,
“Apabila panen yang diperoleh hasilnya maksimal, maka berat yang dicapai bisa
seberat 250 kg. Sedangkan keuntungan yang dapat diperoleh dari selisih
penjualan total dan bea produksi adalah Rp 1.560.000 / kolamnya”. Dari
keuntungan penjualan lele tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa budidaya lele
dapat menjadi peluang usaha cukup menjanjikan selain kesibukan pokok yang kita
lakukan sehari-hari. Dari sisi biaya pun,budidaya ikan lele tidak membutuhkan
biaya investasi yang terlalu tinggi, apalagi bila dibudidayakan menggunakan
terpal di pekarangan rumah sendiri. Tertarik mencoba?
0 komentar:
Posting Komentar